Tsunami Resign Setelah THR: Tren Musiman atau Alarm Budaya Kerja?
Diunggah oleh Admin SK pada 07 Apr 2025
Setiap tahun, menjelang atau sesaat setelah Hari Raya Idul Fitri, fenomena “resign setelah THR” selalu menjadi topik hangat di dunia kerja. Banyak perusahaan, terutama di sektor manufaktur, retail, hingga perkantoran, tiba-tiba menerima lonjakan surat pengunduran diri dari karyawan yang baru saja menerima Tunjangan Hari Raya (THR).
Apakah ini sekadar tren musiman atau sebenarnya merupakan indikasi masalah yang lebih dalam dalam budaya kerja perusahaan?
Mengapa Banyak Karyawan Resign Setelah THR?
Beberapa alasan umum yang sering menjadi penyebab karyawan mengundurkan diri setelah menerima THR antara lain:
1. Waktu yang Tepat Secara Finansial
THR dianggap sebagai “bantalan keuangan” sebelum memasuki masa transisi pekerjaan. Banyak karyawan memanfaatkan momen ini untuk mengundurkan diri karena merasa aman secara finansial untuk beberapa bulan ke depan.
2. Sudah Ada Tawaran Pekerjaan Baru
Bagi sebagian karyawan, momen pasca-Lebaran menjadi saat yang tepat untuk memulai pekerjaan baru. Rekrutmen biasanya meningkat di kuartal kedua tahun, dan banyak perusahaan yang mulai membuka lowongan setelah libur panjang.
3. Kekecewaan Terpendam Terhadap Lingkungan Kerja
Resign bukan terjadi tiba-tiba. Banyak kasus resign setelah THR sebenarnya merupakan akumulasi dari ketidakpuasan, mulai dari beban kerja tidak seimbang, kurangnya penghargaan, kepemimpinan yang buruk, hingga minimnya peluang pengembangan diri.
Dampak untuk Perusahaan: Tak Hanya Soal Kehilangan Tenaga Kerja
Resign massal pasca-THR bisa membawa berbagai konsekuensi negatif bagi perusahaan, antara lain:
- Terganggunya Operasional
Kehilangan banyak karyawan dalam waktu bersamaan bisa menyebabkan kekacauan di divisi tertentu, apalagi jika tidak ada tenaga pengganti yang siap. - Meningkatnya Biaya Rekrutmen dan Training
Proses seleksi, onboarding, dan pelatihan karyawan baru membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. - Menurunnya Moral Karyawan yang Tersisa
Ketika banyak rekan kerja pergi, karyawan yang tersisa bisa merasa terbebani atau mempertanyakan kondisi perusahaan. - Citra Employer Branding Tercoreng
Jika perusahaan dikenal dengan tren resign musiman, hal ini bisa mempengaruhi persepsi calon pelamar dan membuat talenta terbaik enggan bergabung
Fenomena Resign Massal: Tren atau Alarm Budaya?
Meskipun terlihat sebagai tren tahunan, resign massal setelah THR bisa menjadi indikator budaya kerja yang kurang sehat. Ketika banyak karyawan memilih pergi setelah mendapatkan haknya, ini bisa jadi sinyal bahwa:
- Karyawan bekerja sekadar bertahan, bukan berkembang
- Tidak ada hubungan emosional antara karyawan dan perusahaan
- Perusahaan belum membangun sistem employee engagement dan retensi yang kuat
Menurut survei dari JobStreet (2023), sebanyak 56% karyawan Indonesia menyatakan alasan utama mereka resign adalah kurangnya penghargaan dan peluang berkembang, bukan semata-mata soal gaji.
Langkah-Langkah Strategis untuk Mencegah Tsunami Resign
Agar fenomena ini tidak terus terjadi, perusahaan bisa mulai mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
- Bangun Budaya Kerja yang Sehat dan Apresiatif
Libatkan karyawan dalam pengambilan keputusan, beri ruang berkembang, dan akui kontribusi mereka. - Perbaiki Komunikasi Internal dan Transparansi
Karyawan yang merasa didengar cenderung lebih loyal. Adakan forum diskusi rutin atau survei kepuasan kerja. - Tinjau Ulang Strategi Retensi
Berikan program insentif yang terikat pada jangka panjang (misalnya bonus tahunan, program loyalitas, jenjang karir). - Percepat Proses Rekrutmen dan Talent Pooling
Jangan menunggu hingga banyak yang pergi. Miliki database calon karyawan yang siap direkrut kapan saja.
Fenomena resign setelah THR bukan hanya soal karyawan “lari setelah dibayar,” melainkan sinyal penting yang perlu dibaca oleh perusahaan. Alih-alih menganggap ini sebagai siklus biasa, perusahaan sebaiknya membaca fenomena ini sebagai alarm untuk merefleksi budaya kerja, sistem manajemen, dan strategi retensi mereka.
Karena karyawan yang loyal tidak menunggu THR untuk bertahan, dan mereka yang merasa dihargai tidak akan buru-buru pergi.
Hormat kami,
Salam sakti,
Biro Konsultan Psikologi Waskita
More info!
0822-4216-6729
Jl. Monumen 45 No. 12, Setabelan, Banjarsari, Surakarta
