Saat Anak Remaja Mulai Menarik Diri, Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?
Diunggah oleh Admin SK pada 10 May 2025
Perubahan perilaku pada masa remaja adalah hal yang wajar. Namun, ketika anak mulai menarik diri dari lingkungan sekitar secara berlebihan, orang tua perlu lebih peka dan sigap. Fenomena ini sering kali menjadi pertanda adanya tekanan emosional, gangguan psikologis, atau kebutuhan akan ruang personal yang tidak tertangani dengan baik.
Apa Artinya Ketika Remaja Menarik Diri?
Menarik diri berarti anak remaja mulai menghindari interaksi sosial, lebih banyak menghabiskan waktu sendirian di kamar, tidak antusias pada kegiatan yang dulu disukai, dan cenderung menutup diri dari keluarga maupun teman. Ini bisa menjadi bentuk mekanisme pertahanan diri atau sinyal adanya masalah yang belum terselesaikan.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, lebih dari 6 juta remaja mengalami gangguan emosional, termasuk kecemasan dan depresi, yang kerap ditunjukkan dengan perilaku menarik diri.
Penyebab Umum Remaja Menarik Diri
Beberapa faktor yang sering memicu perilaku ini antara lain:
- Tekanan akademik atau ekspektasi berlebihan dari lingkungan
- Perubahan hormon dan perkembangan psikologis
- Konflik dalam pertemanan atau keluarga
- Bullying, baik secara langsung maupun online
- Masalah harga diri atau identitas diri
Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?
Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan orang tua saat menghadapi remaja yang mulai menarik diri:
1. Bangun Komunikasi Tanpa Menghakimi
Bicaralah dengan lembut dan penuh empati. Hindari pertanyaan yang menekan seperti “Kenapa kamu jadi aneh?” Gantilah dengan, “Aku perhatikan akhir-akhir ini kamu lebih banyak diam. Apa ada yang ingin diceritakan?”
2. Validasi Perasaan Anak
Alih-alih meremehkan, cobalah untuk mengakui dan menghargai perasaan anak. Kalimat seperti “Wajar kok kalau kamu merasa seperti itu” bisa membantu anak merasa dipahami dan tidak sendirian.
3. Kurangi Tekanan, Tingkatkan Dukungan
Terkadang orang tua terlalu fokus pada prestasi dan lupa bahwa anak butuh tempat aman untuk tumbuh. Berikan ruang, tapi juga tunjukkan bahwa Anda siap hadir kapan pun dibutuhkan.
4. Ajak Anak Terlibat dalam Aktivitas Ringan
Tanpa memaksa, ajak anak untuk kembali aktif secara perlahan. Bisa dimulai dengan berjalan sore bersama, memasak, atau menonton film keluarga. Aktivitas ini bisa menjadi pintu masuk membangun kembali koneksi emosional.
5. Waspadai Tanda Gangguan Serius
Jika anak menunjukkan tanda-tanda seperti menyakiti diri sendiri, kehilangan motivasi hidup, atau menarik diri dalam waktu lama, segera konsultasikan dengan psikolog atau konselor profesional.
Kapan Harus Menghubungi Profesional?
Jika upaya komunikasi tidak membuahkan hasil dalam waktu 2–3 minggu, dan anak semakin tertutup atau terlihat murung, pendampingan profesional menjadi langkah penting. Terapi remaja, konseling keluarga, atau asesmen psikologis bisa membantu memahami akar masalah dengan lebih dalam.
Remaja yang menarik diri bukan berarti “nakal” atau “melawan”, melainkan sering kali sedang berjuang menghadapi dunia yang terasa membingungkan. Peran orang tua bukan untuk memperbaiki anak, melainkan hadir sebagai penopang yang memahami, menemani, dan menumbuhkan kembali semangat mereka.
Hormat kami,
Salam sakti,
Biro Konsultan Psikologi Waskita
More info!
0822-4216-6729
Jl. Monumen 45 No. 12, Setabelan, Banjarsari, Surakarta
