Kenaikan PPN 12%: Ketahui 5 Dampak Psikologis yang Mungkin Belum Anda Sadari!
Diunggah oleh Admin SK pada 04 Jan 2025
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% pada 2025 telah menimbulkan beragam reaksi di kalangan masyarakat Indonesia. Sementara dampak ekonomi langsung, seperti harga barang yang lebih tinggi, mudah dipahami, ada dampak psikologis yang lebih dalam yang bisa memengaruhi keseharian kita. Banyak dari kita mungkin belum menyadari bagaimana perubahan tarif pajak ini dapat mengubah pola pikir, emosi, dan perilaku kita secara keseluruhan. Di artikel ini, kita akan mengupas tuntas 5 dampak psikologis yang mungkin belum Anda sadari akibat kenaikan PPN 12% dan bagaimana kita bisa menghadapinya dengan bijak.
1. Kecemasan dan Ketidakpastian Finansial
Salah satu dampak psikologis pertama yang banyak dialami masyarakat adalah kecemasan finansial. Ketika harga barang dan jasa naik, banyak orang mulai merasa khawatir tentang kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar. Kenaikan PPN 12% memberikan perasaan bahwa biaya hidup semakin tidak terkendali, terutama bagi mereka yang sudah merasa kesulitan dengan inflasi sebelumnya.
Menurut sebuah studi dari psikolog ekonomi, ketidakpastian ekonomi dapat memicu rasa cemas yang berkepanjangan, yang berdampak pada kesejahteraan mental. Bahkan, banyak orang yang mulai berpikir lebih lama sebelum membeli barang atau memutuskan untuk berinvestasi, sehingga mempengaruhi pola konsumsi mereka.
Untuk mengatasi kecemasan ini, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang manajemen keuangan pribadi. Dengan membuat anggaran yang lebih realistis dan melibatkan keluarga dalam perencanaan keuangan, kita dapat merasa lebih terkontrol dan mengurangi kecemasan.
2. Perubahan Perilaku Konsumsi: Frugalisme atau Penundaan Konsumsi
Kenaikan PPN 12% mendorong masyarakat untuk lebih bijaksana dalam belanja. Banyak yang mulai menerapkan pola konsumsi lebih hemat dan selektif terutama dalam membeli barang-barang non-esensial. Meskipun ini bisa menjadi kebiasaan yang baik, terlalu fokus pada penghematan juga dapat memicu perasaan kekurangan atau deprivation (kekurangan).
Di sisi lain, sebagian orang mungkin memilih untuk menunda konsumsi dengan harapan harga akan turun kembali, atau mereka hanya akan membeli barang yang benar-benar diperlukan.
Jika Anda merasa tertekan dengan pola konsumsi ini, cobalah untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk menilai ulang prioritas pengeluaran. Ciptakan keseimbangan antara penghematan dan juga sesekali memberi penghargaan pada diri sendiri. Ini dapat mengurangi perasaan frustasi yang timbul akibat pembatasan.
3. Stres Sosial dan Tekanan Sosial
Kenaikan PPN 12% juga dapat menciptakan stres sosial. Ketika sebagian besar masyarakat harus berjuang untuk beradaptasi dengan perubahan ekonomi, perbandingan sosial menjadi lebih tajam. Orang-orang mulai membandingkan gaya hidup dan kemampuan mereka dengan orang lain, yang dapat memperburuk rasa tidak aman.
Dalam masyarakat yang konsumtif, banyak orang merasa terdorong untuk mengikuti tren atau standar sosial tertentu, meskipun itu bisa menambah beban finansial. Tekanan untuk menjaga status sosial ini bisa menyebabkan stres yang lebih besar.
Untuk mengatasi stres sosial ini, penting untuk mengingat bahwa kesehatan mental lebih penting daripada status materi. Fokuskan energi Anda pada hal-hal yang memberi kepuasan pribadi yang lebih mendalam, seperti hubungan sosial yang sehat dan pencapaian pribadi. Jangan biarkan standar sosial memengaruhi kebahagiaan Anda.
4. Kehilangan Rasa Kontrol dan Frustrasi
Bagi banyak orang, kenaikan PPN 12% bisa menimbulkan rasa kehilangan kontrol terhadap situasi ekonomi. Ketika pajak meningkat dan harga barang merangkak naik, banyak yang merasa bahwa mereka hanya menjadi korban sistem ekonomi yang lebih besar. Rasa frustrasi ini dapat menciptakan ketidakpuasan yang mendalam dan meningkatkan perasaan pasrah terhadap keadaan.
Salah satu cara terbaik untuk menghadapinya adalah dengan mencari cara untuk mengambil kontrol dalam hal-hal yang bisa dikendalikan. Ini bisa mencakup meningkatkan keterampilan kerja, mengoptimalkan sumber pendapatan lain, atau berpartisipasi dalam aktivitas yang memperbaiki kesejahteraan secara mental dan fisik.
5. Normalisasi Ketidakadilan Ekonomi
Sering kali, kebijakan seperti kenaikan PPN memicu perasaan ketidakadilan, terutama bagi mereka yang sudah berada dalam posisi rentan. Banyak yang merasa bahwa ketimpangan sosial semakin diperparah dengan kebijakan ini, dan rasa ketidakadilan ini dapat mengarah pada apatisme atau penurunan motivasi sosial.
Namun, kenyataannya adalah bahwa sebagian masyarakat mungkin tidak menyadari bahwa pajak adalah bagian dari sistem yang dirancang untuk memperbaiki kualitas kehidupan sosial melalui pembangunan dan peningkatan infrastruktur publik.
Alih-alih merasa frustrasi atau tertekan, kita bisa mengubah perspektif ini menjadi kesempatan untuk berperan aktif dalam perubahan sosial. Mengikuti diskusi publik, memahami kebijakan pemerintah, atau bahkan berpartisipasi dalam inisiatif sosial bisa menjadi cara yang baik untuk merasa terlibat dalam solusi jangka panjang.
Menyikapi Kenaikan PPN dengan Bijak
Kenaikan PPN 12% memang membawa dampak psikologis yang signifikan, namun dengan pendekatan yang tepat, kita dapat menghadapinya dengan lebih baik. Pendidikan finansial, kesadaran sosial, dan perubahan pola pikir dapat membantu masyarakat mengurangi dampak psikologis ini.
Jadi, meskipun perubahan ini membawa tantangan, mari kita ambil sisi positifnya dan jadikan kenaikan PPN sebagai peluang untuk beradaptasi dan tumbuh. Apa pendapat Anda tentang dampak psikologis ini? Apakah Anda sudah merasakannya? Ayo, berbagi pandangan Anda di kolom komentar!
Hormat kami, Salam sakti,
Biro Konsultan Psikologi Waskita
More info!
0822-4216-6729
Jl. Monumen 45 No. 12, Setabelan, Banjarsari, Surakarta
