Bekerja Jarak Jauh, Risiko Depresi Rentan Meningkat
Diunggah oleh Admin SK pada 12 Jan 2024
Bekerja dari jarak jauh (WFH) telah menjadi norma dalam dunia kerja modern, tetapi di balik kenyamanan dan fleksibilitasnya, tersembunyi risiko kesejahteraan mental yang serius. Dalam konteks ini, kita perlu merinci bagaimana lingkungan kerja yang berubah secara drastis dapat meningkatkan rentan risiko depresi pada individu yang bekerja dari rumah.
Tantangan Kesejahteraan Mental
1. Kesepian dan Isolasi: Meskipun terhubung secara digital, banyak pekerja merasa kesepian dan terisolasi karena kehilangan interaksi sosial langsung yang biasanya terjadi di lingkungan kantor. Interaksi spontan, seperti obrolan di pantry atau pertemuan acak, sangat diperlukan untuk kesejahteraan sosial.
2. Keseimbangan Antara Pekerjaan dan Hidup Pribadi: WFH sering kali mengaburkan batas antara pekerjaan dan hidup pribadi. Karyawan sulit untuk memisahkan waktu kerja dan waktu pribadi, menyebabkan stres konstan dan ketidakseimbangan hidup yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental.
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Depresi
1. Kehilangan Rutinitas Harian: Bekerja dari rumah dapat menghilangkan rutinitas harian yang memberikan struktur dan arti bagi kehidupan. Ketidakpastian ini dapat menciptakan perasaan tidak aman dan meningkatkan risiko depresi.
2. Tekanan Kinerja: Dalam lingkungan WFH yang terus terkoneksi, tekanan untuk terus produktif dapat meningkat. Ini dapat menyebabkan kelelahan, kecemasan, dan pada akhirnya, meningkatkan risiko depresi.
Strategi Manajemen Kesejahteraan Mental
1. Pembatasan Waktu dan Ruang Kerja: Menetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi dapat membantu mengurangi stres. Menciptakan ruang kerja yang terpisah dari ruang pribadi juga dapat membantu memisahkan aspek-aspek tersebut.
2. Interaksi Sosial yang Terjadwal: Mengatur pertemuan virtual, baik secara profesional maupun sosial, dapat membantu mempertahankan koneksi sosial. Karyawan perlu diingatkan untuk melibatkan diri dalam komunikasi yang lebih luas untuk mengatasi kesepian.
3. Kegiatan Fisik dan Rekreasi: Olahraga dan kegiatan fisik tidak hanya baik untuk kesehatan fisik tetapi juga memiliki dampak positif pada kesejahteraan mental. Membangun kebiasaan ini dalam rutinitas harian dapat membantu mengurangi risiko depresi.
4. Dukungan Psikologis dan Kesehatan Mental: Perusahaan harus menyediakan sumber daya dan dukungan untuk kesehatan mental, seperti akses ke konselor atau program kesehatan mental. Inisiatif ini dapat memberikan bantuan bagi karyawan yang mengalami tekanan atau risiko depresi.
Bekerja jarak jauh bukanlah sekadar perubahan lokasi, tetapi transformasi signifikan dalam cara kita bekerja dan hidup. Pemahaman mendalam terhadap risiko kesejahteraan mental yang terkait dengannya adalah langkah pertama menuju penciptaan lingkungan kerja yang mendukung dan memelihara kesejahteraan karyawan. Hanya dengan mengakui dan mengatasi tantangan ini, kita dapat menciptakan budaya kerja yang sehat dan berkelanjutan di era WFH.
