Karyawan Sering Burnout? Begini Cara HRD Mendeteksi Masalah Psikologis Sejak Dini
Diunggah oleh Admin SK pada 05 Apr 2025
Burnout bukan sekadar kelelahan biasa. Ini adalah kondisi serius yang dapat menurunkan produktivitas, memicu konflik internal, hingga menyebabkan turnover tinggi. Bagi HRD (Human Resource Development), mengenali tanda-tanda burnout dan masalah psikologis sejak dini merupakan langkah krusial dalam menjaga kesehatan mental karyawan sekaligus kestabilan organisasi.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana HRD dapat mendeteksi burnout lebih awal, strategi pencegahannya, serta tools psikologis yang efektif untuk mendukung kesejahteraan mental karyawan.
Apa Itu Burnout dan Mengapa Harus Diwaspadai?
Menurut World Health Organization (WHO), burnout adalah sindrom akibat stres kerja kronis yang belum berhasil dikelola. Gejalanya meliputi kelelahan emosional, menurunnya semangat kerja, serta perasaan negatif terhadap pekerjaan.
Sebuah survei oleh Gallup (2021) menunjukkan bahwa 76% karyawan mengalami burnout setidaknya sekali dalam pekerjaannya, dan lebih dari 20% merasakannya "sangat sering". Jika dibiarkan, burnout dapat berkembang menjadi gangguan mental lain seperti depresi dan kecemasan.
Tanda-Tanda Burnout yang Harus Diwaspadai HRD
HRD perlu jeli mengamati perilaku dan performa karyawan. Berikut beberapa indikator umum burnout:
- Penurunan performa kerja secara drastis tanpa alasan yang jelas
- Kehilangan motivasi dan antusiasme, meski dalam tugas rutin
- Meningkatnya ketidakhadiran atau keterlambatan
- Mudah tersinggung atau mengalami ledakan emosi kecil
- Menarik diri dari komunikasi tim atau rapat kerja
Dengan mengenali gejala ini sejak awal, HRD dapat mengambil langkah preventif sebelum masalah berkembang lebih jauh.
Peran HRD dalam Mendeteksi Masalah Psikologis Sejak Dini
1. Membuka Kanal Komunikasi yang Aman
Karyawan sering enggan membicarakan kondisi mental karena takut distigma atau berdampak pada karier. HRD perlu membangun budaya terbuka melalui sesi one-on-one, forum diskusi terbuka, atau layanan konseling internal.
2. Menggunakan Alat Asesmen Psikologis
Menggandeng biro psikologi profesional untuk melakukan psikotes rutin, seperti tes stres kerja, tes kepribadian, atau tes kecemasan, dapat membantu mengidentifikasi potensi masalah sejak awal.
Contoh alat tes yang umum digunakan:
- DASS (Depression Anxiety Stress Scales)
- MBTI atau DISC untuk memahami gaya kerja dan interaksi tim
- Tes minat dan nilai kerja
3. Monitoring Beban Kerja dan Jam Lembur
Data HRIS dapat dimanfaatkan untuk melihat tren lembur berlebih, workload tidak proporsional, atau performa yang anjlok. Ini bisa menjadi sinyal awal bahwa seorang karyawan mengalami tekanan kerja yang tinggi.
4. Mendorong Program Kesehatan Mental Korporat
Perusahaan dapat mengadakan program seperti:
- Sesi mindfulness atau relaksasi rutin
- Konseling psikologis profesional (online/offline)
- Workshop pengelolaan stres dan komunikasi sehat
- Outbound untuk membangun kebersamaan dan memperbaiki suasana kerja
Contoh Kasus: Burnout yang Tidak Terdeteksi
Seorang staff marketing di perusahaan farmasi mengalami burnout akibat target kerja yang tidak realistis. Karena tidak ada kanal komunikasi yang terbuka, ia memilih diam. Setelah beberapa bulan, performanya menurun drastis dan ia memutuskan resign.
Padahal, jika HRD melakukan asesmen stres kerja sejak awal, masalah ini dapat dicegah dengan restrukturisasi target, rotasi kerja, atau sesi konseling.
HRD Adalah Garda Depan Kesehatan Mental Karyawan
Kesehatan mental bukan lagi isu pribadi, melainkan bagian penting dari strategi bisnis. HRD yang proaktif dalam mendeteksi burnout dan masalah psikologis sejak dini akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, produktif, dan loyal.
Hormat kami,
Salam sakti,
Biro Konsultan Psikologi Waskita
More info!
0822-4216-6729
Jl. Monumen 45 No. 12, Setabelan, Banjarsari, Surakarta
