Karyawan Lelah Bukan Karena Malas: Bisa Jadi Mereka Burnout dan Butuh Bantuan
Diunggah oleh Admin SK pada 31 May 2025
Di tengah tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi, banyak karyawan merasa kelelahan secara fisik maupun mental. Sayangnya, kondisi ini masih sering disalahartikan sebagai bentuk kemalasan atau kurangnya komitmen. Padahal, kelelahan kronis yang dialami karyawan bisa jadi merupakan tanda burnout, sebuah kondisi serius yang perlu mendapat perhatian dan penanganan tepat.
Apa Itu Burnout?
Burnout adalah kondisi stres kerja kronis yang ditandai dengan kelelahan emosional, depersonalisasi (perasaan terlepas dari pekerjaan), dan penurunan performa. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Herbert Freudenberger pada tahun 1970-an dan kini telah diakui oleh WHO dalam klasifikasi penyakit internasional (ICD-11). Burnout bukan sekadar “capek biasa.” Ini adalah respons psikis yang muncul akibat tekanan yang terus-menerus, tanpa ruang pemulihan yang cukup.
Tanda-Tanda Burnout pada Karyawan
Beberapa ciri umum burnout meliputi:
- Mudah marah atau tersinggung
- Sulit berkonsentrasi
- Merasa lelah terus-menerus, bahkan setelah istirahat
- Menurunnya motivasi kerja
- Cynical atau negatif terhadap pekerjaan
- Menarik diri dari interaksi sosial
Jika tanda-tanda ini muncul dalam jangka waktu lama, bisa dipastikan kondisi mental karyawan sedang tidak baik dan perlu dukungan.
Mengapa Burnout Bisa Terjadi?
Burnout tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada beberapa faktor pemicunya, antara lain:
- Beban kerja yang berlebihan dan tidak seimbang
- Kurangnya kontrol terhadap pekerjaan
- Minimnya penghargaan atau pengakuan
- Hubungan kerja yang kurang sehat
- Ketidakjelasan peran dan tujuan
- Kultur kerja yang menuntut "selalu produktif"
Sebuah survei dari Gallup pada 7.500 karyawan di Amerika Serikat menemukan bahwa 23% karyawan merasa burnout sangat sering, sementara 44% merasa burnout kadang-kadang. Ini menunjukkan bahwa burnout bukan masalah individu, tetapi isu sistemik dalam lingkungan kerja.
Karyawan Lelah, Bukan Malas
Label “malas” seringkali menutup pintu empati. Padahal, banyak karyawan yang tetap hadir bekerja walaupun kondisi mentalnya sedang tidak baik dikenal juga dengan istilah presenteeism, yaitu hadir secara fisik tapi tidak optimal secara psikologis.
Alih-alih menghakimi, penting bagi perusahaan untuk melihat lebih dalam:
Apakah karyawan memiliki beban kerja yang realistis?
Apakah mereka merasa dihargai dan didengar? Apakah ada budaya kerja yang mendukung keseimbangan hidup?
Apa yang Bisa Dilakukan?
1. Bangun Budaya Kerja yang Peduli Kesehatan Mental
Dorong komunikasi terbuka dan hilangkan stigma seputar kesehatan mental. Pemimpin perlu memberikan contoh dalam menjaga keseimbangan kerja dan hidup.
2. Lakukan Evaluasi Beban Kerja Secara Berkala
Pastikan beban kerja sesuai dengan kapasitas dan sumber daya yang tersedia. Evaluasi ini bisa dilakukan melalui sesi one-on-one atau survei internal.
3. Fasilitasi Dukungan Psikologis
Sediakan akses ke konselor atau psikolog kerja, baik secara rutin maupun on-demand. Program Employee Assistance Program (EAP) bisa menjadi solusi preventif dan kuratif.
4. Berikan Fleksibilitas Kerja
Work from home, jam kerja fleksibel, atau cuti tambahan bisa menjadi bentuk nyata perhatian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan.
5. Libatkan Karyawan dalam Pengambilan Keputusan
Saat karyawan merasa punya kendali atas pekerjaannya, tingkat stres akan jauh menurun. Libatkan mereka dalam menentukan target, alur kerja, atau prioritas tim.
Lelah bukan berarti malas. Di balik karyawan yang tampak tidak produktif bisa jadi tersimpan kelelahan emosional yang belum terungkap. Memahami burnout sebagai masalah bersama, bukan kelemahan individu, adalah langkah penting untuk menciptakan tempat kerja yang sehat dan berkelanjutan.
Organisasi yang peduli terhadap kesejahteraan mental karyawan bukan hanya menjaga produktivitas, tetapi juga membangun loyalitas dan iklim kerja positif jangka panjang. Karena pada akhirnya, karyawan yang merasa dihargai akan bekerja dengan sepenuh hati.
Hormat kami,
Salam sakti,
Biro Konsultan Psikologi Waskita
More info!
0822-4216-6729
Jl. Monumen 45 No. 12, Setabelan, Banjarsari, Surakarta
